Jumat, 17 April 2009

Jalan dan Kampanye

Perjalanan dari kota serang banten ke bagian selatan dari propinsi tersebut akan melewati berbagai pemandangan dan kita akan merasakan berbagai suasana yang berbeda. pemandangan yang indah jalan yang mulus membuat kita enjoy menikmati, namun jangan salah suasana nyaman di perjalanan akan berubah drastis ketika kita mulai memasuki kawasan pandeglang, jalan kayak ga pernah disentuh oleh aspal bahkan gak jauh beda dengan kubangan sapi atau kebo. Jarak yang sebenarnya bisa ditempuh selama kurang lebih 2 sampe 3 jam dari kota serang ke kota malingping di bagian selatan banten saat harus ditempuh lebih dari 4 jam dan perjalanan pun tidak nyaman. orang yang terbiasa memanfaatkan waktu perjalanan sebagai waktu tidur menjadi gak bisa, dikit-dikit kepala terbentur kaca mobil atau bahkan kalo yang lagi hamil mungkin bisa melahirkan di situ sebelum nyampe di rumah sakit.
Saat kampanye lalu, pinggir jalan yang tidak nyaman tersebut dipenuhi oleh baliho dan spanduk para calon anggota legislatif dengan berbagai janji dan ucapannya. Saya hanya bisa berfikir, mereka menjanjikan perubahan mengapa tidak melakukan langkah nyata dan bukan hanya janji belaka. Padahal jika uang untuk baliho, spanduk yang dipasang di pinggir jalan rusak tersebut dipergunakan untuk memperbaiki jalan yang rusak pasti akan beres dan tidak perlu menunggu alokasi dana pemerintah.
Itulah kenyataan, sebuah negeri yang kaya, subur dan makmur. Jangankan daerah yang jauh dari pusat kekuasaan, daerah yang tidak jauh dari istana negara saja sarana jalannya ga layak dilalui, apalagi daerah yang jauh dari pusat pemerintahan.
Sebagai pengguna jalan, kita ga berharap banyak, yang kita harapkan hanya kapan jalan yang biasa dilalui masyarakat tersebut dapat kembali nyaman untuk dilalui ?
Kampanye sudah berakhir, pemilu sudah dilaksanakan, jalan tetap saja seperti kubangan.

Stressssss

Pemilu telah lewat dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya, di sisi lain cerita baru muncul, ada orang yang gembira karena berhasil meraih massa pemilih yang mengantarkannya duduk di bangku legislatif, namun di sisi lain ada orang yang sedih karena gagal. Dalam sebuah kompetisi, karena pemilu merupakan sebuah kompetisi adalah suatu hal yang wajar jika ada pemenang dan ada yang pecundang.
Namun kondisi saat ini justru setiap orang berpikiran sama, bahwa saya siap menang dan tidak siap untuk kalah. Untuk itu semua di"ketrukeun" demi sebuah kursi dan ketika kalah yang muncul adalah stres dan penyesalan yang tiada berakhir.
Itulah pemilu, banyak cerita di balik penyelenggaraannya. Ada yang stress dan ada yang senengggggg.

Kamis, 02 April 2009

yang penting Dui...........t

Suatu hari si fulan sedang duduk di beranda rumahnya, dia sedang berfikir bagaimana dapat uang hari ini karena sang istri selalu berpidato ketika bertemu dengannya dan pidatonya tersebut tidak mengenal waktu, setiap ketemu pasti pidato. Pidato disini jelas bukan pidato jurkam, tapi menceramahi si fulan akibat dana buat dapur semakin seret mengalir ke kas sang istri. Saat sedang asyiknya berfikir memikirkan cara dapat duit, datang si adul sembari senyum-senyum menghampirinya.
"Hai dul, knapa senyam senyum sendiri kayak yang punya duit aja ?" tanya si Fulan
"Emang lagi ketimpaan rejeki" jawab si Adul sambil memperlihatkan sejumlah uang.
"Dapat duit dari mana dul ?, dapet lotere ya ?"
"Enak aja dapet lotere, kan lotere ga boleh, haram kata pak Ustaz juga"
"Abis dari mana ?" tanya si fulan penasaran.
"dari panitia kampanye" jawab si Adul singkat.
Mendengar itu si Fulan bingun, melihat hal tersebut si Adul langsung cepat tanggap dan ngejelasin, "Gini Fulan, saya tadi ikut kampanye partai tempe dan dikasih duit 25 rebu perak, kemarin saya ikut kampanye partai kebo dikasih 30 rebu, kan lumayan buat nyumpel pidato orang rumah".
"Bukannya kamu itu pendukung partai tomat ?" tanya si fulan bingung.
"Rijki ga boleh ditolak fulan, soal pilihan gimana nanti di TPS" jawabnya sambil senyum.
Si Fulan bingung maksud si Adul.
"Udah Fulan, sekarang kamu mau gak besok ikut aku kampanye partai monyet ? kalo mau ini duit 30 rebu perak dan kaos yang harus kamu pake ama topi dan bendera sekalian, soal kendaraan yang bawa udah siap di ujung gang."
Si Fulan bingung karena hati nuraninya tidak mendukung partai monyet karena yang dia dukung partai kucing.
"Udah kamu mau ga ikut pawai besok ?, kalo gak mau biar saya nyari yang lain"
Melihat uang 30 rebu udah di depan mata, si Fulan berfikir kencang, apakah tetap pada pendiriannya tidak berubah ke lain hati dengan tetap tidak ada masukan buat ngediamin istrinya yang selalu ngomel atau ikut kayak si Adul yang berprinsip "Uang dari manapun dia embat, soal nyontreng gimana ntar di TPS".
"Gimana Fulan mau gak ? kok malah bengong. Kalo gak mau jangan nyesel ya" Ujar si Adul mengagetkan si Fulan.
"Uangnya sih mau, tapi aku kan harus loyak ama partai kita" jawab si Fulan polos.
"Ya udah kalo ga mau" jawab si adul sambil ngeloyor meninggalkan si Fulan.
Melihat si Adul ngeloyor si Fulan kembali terbayang wajah sang ratu rumah yang selalu ngoceh, "Tunggu dul, aku mau besok ikut kamu" teriaknya kegirangan.
Melihat perilaku temennya tersebut dia hanya tersebut.
Ya memang demi Duit apapun bisa terjadi apalagi di masa kampanye sekarang Duit adalah segalanya, duit yang dapat membuat lapangan bola senayan penuh sesak, jalanan macet, bendera dan baligo di mana-nana. Duit adalah duit, semuanya demi duiiiiiiiiiiiiiiiiit.