Minggu, 23 Agustus 2009

Kemerdekaan

Tiap tanggal 17 Agustus, kita selalu memperingati hari kemerdekaan bangsa Indonesia dan berbagai kegiatan hiburan selalu ditampilkan. Namun apakah kita sudah merdeka dalam arti sesunguhnya ? jawabnya Wallahu'alam, karena hingga saat ini kita masih dijajah. Orang kaya menjajah kaum miskin, orang punya kuasa menjajah rakyat jelata dan sebagainya, termasuk kita seringkali dijajah oleh kesibukan hingga lupa kemerdekaan diri demi mengejar sejumlah rupiah yang katanya demi kemerdekaan.

Jumat, 12 Juni 2009

Berjalan kaki siapa peduli ????

berjalan kaki merupakan suatu pekerjaan yang sebenarnya menyehatkan, namun seringkali berjalan kaki gak nyaman. trotoar yang bolong-bolong, jalanan tidak bertrotoar, bahkan di banyak sudut kota trotoar jadi tempat usauha, atau disaat kemacetan mendera trotoar jadi pilihan pengguna sepeda motor untuk menyalip dan mempercepat perjalanan mereka. Akibat itu semua, Pejalan kaki harus mengalah dan terus mengalah.
suatu pengalaman pahit aku alami dalam minggu ini, lututku ngilu dan terluka serta tanganku keseleo akibat ketidak hati-hatian berjalan di trotoar yang sudah tidak berbentuk lagi di depan terminal Pakupatan Serang, Banten, dimana kakiku terantuk batu dan badanku limbung hingga tengkurap di pingi jalan. Aku hanya bisa meringis kesakitan dan terasa muka memerah saking malunya.
Kejadian yang menimpaku juga bisa menimpa siapa saja jika dia kurang berhati-hati jika berjalan di trotoar yang tidak layak. Aku hanya bisa berfikir, kapan pemerintah di banyak daerah menghargai pejalan kaki dan menjadikan pejalan kaki sebagai individu yang mempunyai hak yang sama di jalanan ?
Jawabnya mungkin jika mereka yang saat duduk di pemerintahan atau istilahnya pejabat merasakan nikmatnya berjalan kaki di jalanan dan trotoar yang

Kamis, 07 Mei 2009

Pak Guru, nasibmu .........

Tugas seorang guru bukan hanya mengajar melainkan dia juga harus mendidik. Hal ini menunjukkan seorang guru harus mampu memberi bekal tidak sekedar pengetahuan akan keilmuan semata namun lebih luas bekal agar anak didiknya dapat menjadi orang yang berguna bagi nusa bangsa.
Ujian Nasional (UN) yang baru aja beres meninggalkan berbagai pertanyaan akan kedudukan seorang guru sebagai seorang pengajar atau pendidik, kenapa ???
Karena berbagai muatan dan pesanan bahkan tekanan dirasakan oleh guru, yaitu tekanan dari orang tua siswa agar anak-anak mereka dapat lulus dengan nilai memuaskan, tekanan dari pimpinan di sekolah agar siswa mereka mencapai target kelulusan yang telah ditetapkan, bahkan yang tidak kalah mengerikan adalah tekanan dari penguasa daerah yang juga tidak ingin daerahnya dikategorikan sebagai daerah yang gagal dalam program pendidikannya.
Tekanan-tenakan tersebut bukan membuat guru enjoy dalam bertugas karena dia diposisikan bukan lagi sebagai pendidik namun hanya sebagai pengejar target. Kondisi tersebut menjadikan banyak guru menggadaikan idealisme mereka sebagai seorang guru. Berbagai kecurangan yang terkuak saat pelaksanaan UN dan melibatkan beberapa oknum guru demi memenuhi target dan ambisi yang dibebankan pada pundak mereka menjadikan profesi mulia ini tercoreng. Berbagai tindakan kriminal dengan alasan "menolong" dilakukan seperti membuka soal sebelum waktunya, menyebarkan bocoran jawaban dan "menghapus" jawaban siswa dilakukan para guru. Semua itu dilakukan dengan tidak memperdulikan nasib dan masa depan mereka sebagai seorang guru. Mereka menggadaikan profesi yang selama ini disandangnya.
Ketika pelanggaran tersebut terkuak, semua orang menyalahkan guru dan tidak ada satu pun yang mau menolong mereka, padahal banyak diantara para oknum tersebut bekerja tanpa pamrih, yang penting anak lulus, pimpinan selamet tidak kena rotasi, dan penguasa bisa tersenyum karena target tercapai, dengan kata lain yang penting semua senang. Sungguh sebuah Ironi.
Bila kita menilik benar salah, jelas perilaku tersebut adalah salah, namun layakkah jika kita hanya menimpakan kesalahan tersebut pada guru semata ?????
MALANG BENAR NASIBMU GURU ..................

Jumat, 17 April 2009

Jalan dan Kampanye

Perjalanan dari kota serang banten ke bagian selatan dari propinsi tersebut akan melewati berbagai pemandangan dan kita akan merasakan berbagai suasana yang berbeda. pemandangan yang indah jalan yang mulus membuat kita enjoy menikmati, namun jangan salah suasana nyaman di perjalanan akan berubah drastis ketika kita mulai memasuki kawasan pandeglang, jalan kayak ga pernah disentuh oleh aspal bahkan gak jauh beda dengan kubangan sapi atau kebo. Jarak yang sebenarnya bisa ditempuh selama kurang lebih 2 sampe 3 jam dari kota serang ke kota malingping di bagian selatan banten saat harus ditempuh lebih dari 4 jam dan perjalanan pun tidak nyaman. orang yang terbiasa memanfaatkan waktu perjalanan sebagai waktu tidur menjadi gak bisa, dikit-dikit kepala terbentur kaca mobil atau bahkan kalo yang lagi hamil mungkin bisa melahirkan di situ sebelum nyampe di rumah sakit.
Saat kampanye lalu, pinggir jalan yang tidak nyaman tersebut dipenuhi oleh baliho dan spanduk para calon anggota legislatif dengan berbagai janji dan ucapannya. Saya hanya bisa berfikir, mereka menjanjikan perubahan mengapa tidak melakukan langkah nyata dan bukan hanya janji belaka. Padahal jika uang untuk baliho, spanduk yang dipasang di pinggir jalan rusak tersebut dipergunakan untuk memperbaiki jalan yang rusak pasti akan beres dan tidak perlu menunggu alokasi dana pemerintah.
Itulah kenyataan, sebuah negeri yang kaya, subur dan makmur. Jangankan daerah yang jauh dari pusat kekuasaan, daerah yang tidak jauh dari istana negara saja sarana jalannya ga layak dilalui, apalagi daerah yang jauh dari pusat pemerintahan.
Sebagai pengguna jalan, kita ga berharap banyak, yang kita harapkan hanya kapan jalan yang biasa dilalui masyarakat tersebut dapat kembali nyaman untuk dilalui ?
Kampanye sudah berakhir, pemilu sudah dilaksanakan, jalan tetap saja seperti kubangan.

Stressssss

Pemilu telah lewat dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya, di sisi lain cerita baru muncul, ada orang yang gembira karena berhasil meraih massa pemilih yang mengantarkannya duduk di bangku legislatif, namun di sisi lain ada orang yang sedih karena gagal. Dalam sebuah kompetisi, karena pemilu merupakan sebuah kompetisi adalah suatu hal yang wajar jika ada pemenang dan ada yang pecundang.
Namun kondisi saat ini justru setiap orang berpikiran sama, bahwa saya siap menang dan tidak siap untuk kalah. Untuk itu semua di"ketrukeun" demi sebuah kursi dan ketika kalah yang muncul adalah stres dan penyesalan yang tiada berakhir.
Itulah pemilu, banyak cerita di balik penyelenggaraannya. Ada yang stress dan ada yang senengggggg.

Kamis, 02 April 2009

yang penting Dui...........t

Suatu hari si fulan sedang duduk di beranda rumahnya, dia sedang berfikir bagaimana dapat uang hari ini karena sang istri selalu berpidato ketika bertemu dengannya dan pidatonya tersebut tidak mengenal waktu, setiap ketemu pasti pidato. Pidato disini jelas bukan pidato jurkam, tapi menceramahi si fulan akibat dana buat dapur semakin seret mengalir ke kas sang istri. Saat sedang asyiknya berfikir memikirkan cara dapat duit, datang si adul sembari senyum-senyum menghampirinya.
"Hai dul, knapa senyam senyum sendiri kayak yang punya duit aja ?" tanya si Fulan
"Emang lagi ketimpaan rejeki" jawab si Adul sambil memperlihatkan sejumlah uang.
"Dapat duit dari mana dul ?, dapet lotere ya ?"
"Enak aja dapet lotere, kan lotere ga boleh, haram kata pak Ustaz juga"
"Abis dari mana ?" tanya si fulan penasaran.
"dari panitia kampanye" jawab si Adul singkat.
Mendengar itu si Fulan bingun, melihat hal tersebut si Adul langsung cepat tanggap dan ngejelasin, "Gini Fulan, saya tadi ikut kampanye partai tempe dan dikasih duit 25 rebu perak, kemarin saya ikut kampanye partai kebo dikasih 30 rebu, kan lumayan buat nyumpel pidato orang rumah".
"Bukannya kamu itu pendukung partai tomat ?" tanya si fulan bingung.
"Rijki ga boleh ditolak fulan, soal pilihan gimana nanti di TPS" jawabnya sambil senyum.
Si Fulan bingung maksud si Adul.
"Udah Fulan, sekarang kamu mau gak besok ikut aku kampanye partai monyet ? kalo mau ini duit 30 rebu perak dan kaos yang harus kamu pake ama topi dan bendera sekalian, soal kendaraan yang bawa udah siap di ujung gang."
Si Fulan bingung karena hati nuraninya tidak mendukung partai monyet karena yang dia dukung partai kucing.
"Udah kamu mau ga ikut pawai besok ?, kalo gak mau biar saya nyari yang lain"
Melihat uang 30 rebu udah di depan mata, si Fulan berfikir kencang, apakah tetap pada pendiriannya tidak berubah ke lain hati dengan tetap tidak ada masukan buat ngediamin istrinya yang selalu ngomel atau ikut kayak si Adul yang berprinsip "Uang dari manapun dia embat, soal nyontreng gimana ntar di TPS".
"Gimana Fulan mau gak ? kok malah bengong. Kalo gak mau jangan nyesel ya" Ujar si Adul mengagetkan si Fulan.
"Uangnya sih mau, tapi aku kan harus loyak ama partai kita" jawab si Fulan polos.
"Ya udah kalo ga mau" jawab si adul sambil ngeloyor meninggalkan si Fulan.
Melihat si Adul ngeloyor si Fulan kembali terbayang wajah sang ratu rumah yang selalu ngoceh, "Tunggu dul, aku mau besok ikut kamu" teriaknya kegirangan.
Melihat perilaku temennya tersebut dia hanya tersebut.
Ya memang demi Duit apapun bisa terjadi apalagi di masa kampanye sekarang Duit adalah segalanya, duit yang dapat membuat lapangan bola senayan penuh sesak, jalanan macet, bendera dan baligo di mana-nana. Duit adalah duit, semuanya demi duiiiiiiiiiiiiiiiiit.

Kamis, 19 Maret 2009

Yang mana ?

Di hari pemilu yang telah ditentukan, Seorang laki-laki tua datang ke TPS (tempat pemungutan suara). Dia adalah seorang yang buta huruf dan polos. Ketika datang ke TPS dan mendaftar, kemudian dia diberi 3 lembar kertas suara yang harus dipilihnya. Setelah itu dia berjalan ke bilik suara, namun tidak lama kemudian dia keluar kembali dari bilik suara sambil memegang kertas suara yang tidak dilipatnya kembali dan berjalan kembali menuju petugas tps yang memberi kertas suara tersebut.
"Pak kenapa tidak dilipat kembali ?" tanya petugas TPS bingung melihat tingkah si bapak tua tersebut.
"Saya bingung pak, harus milih yang mana"
"kenapa mesti bingung, bapak tinggal mencontreng partai pilihan bapak dan atau nama orang yang tertera di situ" timpal petugas tps.
"Justru itu pak, tadi pagi saya oleh si Fulan, caleg yang tetangga saya itu harus mencontreng namanya, bahkan dia memberi saya duapuluh ribu sedangkan saya tidak tahu di kotak mana nama si fulan berada karena saya tidak bisa baca dan pusing pak terlalu banyak nama, mana tidak ada fotonya lagi, padahal di sepanjang jalan kampung kita foto dia berjejer di mana-mana. Saya jadi bingung pak" kata si bapak tua tadi menjelaskan.
"Gimana ya pak, saya juga tidak boleh menunjukkan kepada bapak, kan itu rahasia" jawab petugas tersebut bingung.
"habis gimana pak, saya dosa kan jika tidak milih dia karena dia sudah amanat pada saya untuk milih dia dan upah milihnya itu sudah saya belikan beras. Saya gak mau pak jika harus mengembalikan lagi uangnya karena saya tidak memilih dia"
mendengar itu si petugas hanya kebingungan karena dia tidak bisa menentukan langkah apa yang harus dilakukan.
Hayo Siapa yang bisa bantu si bapak tersebut ?????